Minggu, 28 Juli 2013

FEAUTURE



MUDA BERSAHAJA

Di tengah-tengah era globalisasi yang menjerit untuk dapat memenuhi kebutuhan materi, wanita muda mengeduakan urusan perut demi anak didiknya agar dapat mengenyam pendidikan sedini mungkin. Kesadaran bahwa pendidikan begitu penting bagi anak dididknya dan kewajiban menuntut ilmu menjadi penyemangat untuk memerjuangkan keinginan dirinya menjadi guru profesional. Dia tidak mengenal pekerjaan yang dilakoninya dan tidak peduli berapa besar gaji yang diterima, yang terpenting dia dapat mencerahkan kehidupan bangsa dan terus melanjutkan kuliah di salah satu universitas swasta di Cirebon.
Wanita kelahiran 21 tahun yang lalu itu bernama Desty, dia merupakan anak pertama dari enam bersaudara keluaraga Bapak Suryaman. Nampak wajah yang begitu bersahaja melakoni menjadi seorang guru TK Tunas Bela Pesalakan, Sumber. Dia telah menjadi guru TK sejak tiga tahun yang lalu, dengan gaji yang dapat dikatakan jauh dari kata cukup. “Saya menjadi guru TK di sini sejak tiga tahun yang lalu, dengan gaji Rp100.000,00 / bulan. Ini merupakan cara saya refreshing sekaligus mengajar dan menjadi ibu dari anak-anak didik saya yang hyperactive, namun cerdas,” ucapnya sambil tersenyum.
Desty yang sedang menempuh semeseter enam di salah satu universitas swasta di Cirebon harus pintar-pintar membagi waktu antara kuliah dan mengajar di TK. “Saya sejak tiga tahun yang lalu sudah terbiasa seperti ini, saya mengajar dari senin sampai sabtu dan saya kuliah empat hari dalam seminggu ditambah dengan tugas kuliah yang kadang-kadang menyita waktu begitu banyak, terkadang saya tidur hanya empat jam dalam sehari,” tuturnya.
Desty merupakan sosok wanita yang kuat. Dia harus mencukupi dirinya sendiri dan memedulikan adik-adiknya. Empat tahun yang lalu Desty ditinggalkan ayah handanya karena serangan jantung dan ibundanya kini pun sudah sakit-sakitan, kini harus lebih banyak istirahat, tidak seperti dulu lagi yang optimal dalam bekerja sebagai tukang jahit. “Saya anggap ini bukanlah cobaan, namun ini merupakan cabuk penyemangat untuk terus memberikan yang terbaik dalam hidup ini,” ujarnya dengan logat bahasa Sunda yang kental.
Sejak 2009, dia sering membantu ibunya menjahit. Meskipun jari tangan dan kakinya belum seterampil dalam menjalankan mesin jahit manual itu, namun tidak sedikit pelanggan yang menjahit bajunya di situ merasa puas. Sampai sekarang dia masih suka menjahit disela-sela waktu kosong. Meskipun upahnya tidak seberapa dari jasa menjahit itu. Dalam hidupnya dia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk kehidupan orang lain dan kehidupan yang lebih baik untuk masa depannya.

PUISI

SALAH
Buah karya Hardi (2012)
Aku jatuh,
Aku belum menangis...
Biar cahaya dibalik mendung meneriaki sesuka hati.

Api yang sudah membakar ilalang kering itu aku!
Kadang aku harus tertunduk malu diatas kebiadaban dunia...
sering pula aku bertingkah untu merobek mulut bengis!

Jalan menuju rumah-Mu kian jauh,
aku tersangkut oleh akar merayu.
Tekapar dibuainya.
Disini begitu indah tuhan.

Aku adalah jasad yang pernah menjadi api dan embun pagi.
Aku pernah berteriak bersama ringkik kuda diatas tangisan batu jalanan.