MUDA BERSAHAJA
Di tengah-tengah era globalisasi
yang menjerit untuk dapat memenuhi kebutuhan materi, wanita muda mengeduakan
urusan perut demi anak didiknya agar dapat mengenyam pendidikan sedini mungkin.
Kesadaran bahwa pendidikan begitu penting bagi anak dididknya dan kewajiban
menuntut ilmu menjadi penyemangat untuk memerjuangkan keinginan dirinya menjadi
guru profesional. Dia tidak mengenal pekerjaan yang dilakoninya dan tidak peduli
berapa besar gaji yang diterima, yang terpenting dia dapat mencerahkan
kehidupan bangsa dan terus melanjutkan kuliah di salah satu universitas swasta
di Cirebon.
Wanita kelahiran 21 tahun yang lalu itu bernama Desty,
dia merupakan anak pertama dari enam bersaudara keluaraga Bapak Suryaman. Nampak
wajah yang begitu bersahaja melakoni menjadi seorang guru TK Tunas Bela
Pesalakan, Sumber. Dia telah menjadi guru TK sejak tiga tahun yang lalu, dengan
gaji yang dapat dikatakan jauh dari kata cukup. “Saya menjadi guru TK di sini
sejak tiga tahun yang lalu, dengan gaji Rp100.000,00 / bulan. Ini merupakan cara saya refreshing sekaligus mengajar dan
menjadi ibu dari anak-anak didik saya yang hyperactive,
namun cerdas,” ucapnya sambil tersenyum.
Desty yang sedang menempuh semeseter
enam di salah satu universitas swasta di Cirebon harus pintar-pintar membagi
waktu antara kuliah dan mengajar di TK. “Saya sejak tiga tahun yang lalu sudah
terbiasa seperti ini, saya mengajar dari senin sampai sabtu dan saya kuliah
empat hari dalam seminggu ditambah dengan tugas kuliah yang kadang-kadang
menyita waktu begitu banyak, terkadang saya tidur hanya empat jam dalam
sehari,” tuturnya.
Desty merupakan sosok wanita yang
kuat. Dia harus mencukupi dirinya sendiri dan memedulikan adik-adiknya. Empat
tahun yang lalu Desty ditinggalkan ayah handanya karena serangan jantung dan
ibundanya kini pun sudah sakit-sakitan, kini harus lebih banyak istirahat,
tidak seperti dulu lagi yang optimal dalam bekerja sebagai tukang jahit. “Saya anggap ini bukanlah
cobaan, namun ini merupakan cabuk penyemangat untuk terus memberikan yang
terbaik dalam hidup ini,” ujarnya dengan logat bahasa Sunda yang kental.
Sejak 2009, dia sering membantu
ibunya menjahit. Meskipun jari tangan dan kakinya belum seterampil dalam
menjalankan mesin jahit manual itu, namun tidak sedikit pelanggan yang menjahit
bajunya di situ merasa puas. Sampai sekarang dia masih suka menjahit
disela-sela waktu kosong. Meskipun upahnya tidak seberapa dari jasa menjahit
itu. Dalam
hidupnya dia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk kehidupan orang lain dan
kehidupan yang lebih baik untuk masa depannya.