Minggu, 15 Desember 2013

SINOPSIS CERPEN 'GURU' KARYA PUTU WIJAYA

GURU
Buah karya Putu Wijaya

            Cerpen ini menceritakan tentang sesosok anak yang ingin menjadi guru, tetapi mengalami beberapa hambatan dalam mencapai cita-cita yang diinginkan. Anak itu bernama Taksu, yang merupakan anak tunggal dan harus mengikuti semua keinginnan orang tuanya. Tetapi ia tetap ingin mempertahankan cita-cita yang diinginkannya sebagai seorang guru. Sesuai dengan kutipan dalam cerpen tersebut “ karena guru tidak bisa dibunuh, jasadnya mungkin saja busuk lalu lenyap, tetapi apa yang diajarkannya tetap tertinggal abadi bahkan bertumbuh, berkembang, dan memberi a inspirasi pada generasi di masa yang akan datang.’’ Kata – kata itulah yang menjadi motivasi Taksu untuk tetap bertahan mencapai cita – citanya, bahkan dia berkata seperti itu karena 28 tahun yang lalu ayahnya yang dulu memberi nasihat untuk menghargai jasa guru  ketika ia malas belajar. Tetapi semua itu hanya sebuah ucapan belaka untuk orang tuanya, karena orang tuanya mengikuti perkembangan zaman dan orang tuanya berfikir bahwa guru hanya sebuah cita-cita yang sepele dan rendah di mata kedua orang tuanya. Orang tuanya pun membujuknya untuk mengikuti nasihatnya yang ia inginkan. Oleh karena itu, orang tuanya membujuknya dengan beberapa cara memberikan barang-barang mewah. Walaupun dengan beberapa cara, Taksu tetap mempertahan cita-cita yang ia inginkan. Kepribadian yang kokoh itulah yang memacu semangatnya.
            10 tahun berlalu dan kini, Taksu pun menjadi seorang guru tetapi bukan guru sembarang guru tetapi guru bagi para pegawainya ( yang mencapai hingga 10.000 ) dan generasi lainnya. Ia kini menjadi seorang pengusaha sukses, bahkan ia pun mendapatkan gelar doktor honoris causa. Serta orang tuanya pun menyadarinya bahwa Taksu kini sudah menggantikan hidup beban orang tuanya.
b)      Pendekatan objektif
Pendekatan objektif dengan demikian memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan  menolak segala unsur ekstrinsik, seperti aspek historis, sosiologis, politis dan unsur-unsur sosiokultursl lainnya.
ΓΌ  Unsur Instrinsik
·         Tema
Kesalah pahaman
         Tema tersebut menceritakan suatu kesalahpahaman orang tua terhadap cita–cita yang diinginkan oleh anaknya, sehingga terjadi perbedaan dalam mengartikan “guru”.
·         Alur
Campuran ( melingkar )
Penggambaran cerpen Guru dengan alur campuran ( melingkar ), terlihat sekali dalam cerpen tersebut selalu mengulang-ngulang kembali latar dialog antara taksu dengan ayahnya walaupun ada perbedaan pembicaraan tetapi masih tetap membicarakan hal yang sama. Terlihat jelas dalam kutipan “Bukan hanya satu bulan tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi taksu di tempat kosnya dan saya sendiri membawa laptop baru tak hanya itu saja terlihat juga adanya pengulangan dalam cerpen tersebut dalam kutip tiga bulan kemudian saya datang lagi ke kosan taksu dengan membawa kunci mobil mewah.”
·         Sudut Pandang
Sudut pandang orang pertama
Pengarang sebagai diceritakan sebagai tokoh ayah karena dalam cerpen tersebut menggunakan kata “saya”, dalam artian bahwa pengarang juga ikut berperan walaupun tidak terlalu jelas.


·         Latar
Tokoh dalam cerpen tersebut lebih banyak berdialog di tempat kostan Taksu, tetapi secara tidak langsung latar cerpen tersebut berada di rumah. Sesuai dengan kutipan “tanpa menunggu jawaban, lalu saya pulang. Saya ceritakan kepada istri saya apa yang sudah saya lakukan. Saya kira saya akan mendapat pujian tetapi istri saya bengong.” Selain itu, cerpen itu juga menceritakan tentang kehidupan kota dan suasananya berada dalam eramilineum ketiga, sesuai dengan awal pembicaraan antara ayah dan Taksu pada awal cerpen.
·         Tokoh
Taksu, Ayah, dan Ibu
·         Penokohan
Ayah sebagai pencerita, Ibu sebagai  seorang ibu atau istri, Taksu sebagai seorang anak.
·         Perwatakan
Ayah dalam cerpen Guru memiliki sifat keras dan pemarah terlihat dalam kutipan cerpen tersebut “kalau kamu tetap saja menjadi guru, aku bunuh kau sekarang juga!!!”. Selain itu, ayah juga memiliki sifat yang suka meremehkan suatu profesi. Terlihat sekali pada kutipan cerpen Guru “Profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai cita-cita, buat ongkos jalan pun kurang”. Tidak hanya itu saja “ Semua guru itu dilnya jadi guru hanya terpaksa, karena mereka gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak nganggur saja.”
Putu wijaya juga menceritakan tokoh ibu sebagai wanita yang keras tetapi penyayang, sangat terlihat sekali dalam kutipan cerpen tersebut “Taksu! Kamu mau jadi guru pasti karena kamu terpengaruh oleh puji-pujian orang –orang pada guru itu ya?? Mentang-mentang mereka bilang, guru pahlawan, guru itu berbakti nusa dan bangsa.” Putu Wijaya juga ingin menceritakan bahwa dalam sifat kerasnya ibu masih ada rasa sayang ibu kepada anaknya. “Bapak terlalu! jangan perlakukan anakmu seperti itu!” teriak istri saya. “ Ayo kembali! serahkan kunci mobil itu pada Taksu!.”
Sedangkan Taksu dalam cerpen Guru digambarkan sebagai pemuda yang teguh pendiriannya. Terlihat sekali pada kutipan cerpen tersebut “ Saya sudah bilang saya ingin jadi guru, kok tanya lagi, Pak” katanya sama sekali tanpa berdosa. Selain kutipan tersebut, ada satu kutipan yang mempertegas sifat Taksu yang teguh pendiriannya. “Sebab guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin saja  busuk lenyap. Tapi apa yang diajarkannya tetap tertinggal abadi. Bahkan bertumbuh, berkembang, dan memberi inspirasi kepada generasi di masa yang akan datang. Guru tidak bisa mati, Pak.” Selain memiliki sikap teguh pendirian, Putu Wijaya juga ingin menggambarkan Taksu sebagai sosok pemuda yang penyabar. “Terima kasih, Pak. Bapak sudah memperhatikan saya.  
·         Amanat:
a.       Berpikirlah tenang dan positif dalam menyikapi segala permasalahan dalam kehidupan.
b.      Sebagai orang tua, tidak boleh memaksakan kehendak kepada anaknya.
c.       Jangan menilai sesuatu dengan materi (uang), tetapi nilailah dengan ketulusan dan kesabaran.
c)      Simpulan

Setelah membuat sinopsis dan mengkaji pendekatan objektif dalam cerpen ‘guru’, dapat disimpulkan bahwa pendekatan objektif dalam sebuah cerpen merupakan pengkajian dan menganalisis data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan dalam ruang lingkup sastra, dalam hal ini adalah unsur intrinsik yang membangun unsur cerpen tersebut.

PRAGMATIK

1.      Definisi dan Ruang Lingkup Pragmatik
Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari makan bahasa yang sudah disesuaikan dengan konteks pembicaraan. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Secara eksternal, bila dilihat dari penggunaannya, kata bagus tidak selalu bermakna ‘baik’ atau ‘tidak buruk’ seperti terlihat dalam dialog di bwah ini :
1)      Ayah   :    bagaimana ujuian matematikamu?
Anton  :    Wah, hanya 45 pak.
Ayah   :    Bagus, besok jangan belajar. Nonton terus saja.
Kata bagus dalam (1) tidak bermakna ‘baik’ atau ‘tidak buruk’, tetapi sebaliknya. Dari uraian di atas terlihat bahwa makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat konteks. Sehubungan dengan keterkaitan konteks ini tidak hanya bagus dalam dialog (1) bermakna ‘buruk’, tetapi Besok jangan belajar dan Nonton terus saja juga bermakna ‘besok rajin-rajinlah belajar’ dan ‘hentikanlah hobi menontonmu’, deanagn demikian pragmatik bersifat terikat konteks.
Pragmatik merupakan bagian dari ilmu tanda sebenarnya telah dikemukakan sebelumnya oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Menurut Morris, dalam kaitannya dengan ilmu bahasa, semiotika (semiotics) memiliki tiga cabang, yakni sintaktika ‘studi relasi formal, tanda-tanda’, semantika ‘studi relasi tanda dengan penafsirannya’ (levinson, 1983 : 1). Akan tetapi, pragmatic yang berkembang saat ini yang mengubah orientasi linguistik di amerika pada tahun 1970-an sebenarnya diilhami oleh karya-karya filsuf seperti Austin (1962) dan Searle (1969) yang termashur dengan teori tindak tuturnya (Kaswanti purwo, 1990: 11; Leech, 1983 : 2).
2.      Parameter Pragmatik
Parameter pragmatik ialah hal-hal yang mengatur strategi pemilihan bentuk-bentuk yang yang memiliki tingkat kesopanan yang berbeda. Ada tiga parameter pragmatik yaitu tingkat jarak sosial, tingkat status sosial, dan tingkat peringkat tindak tutur.
3. Aspek-Aspek Pragmatik
1.      Penutur dan lawan tutur
Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dsb.
2.      Konteks tuturan
Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahami berasa oleh penutur dan lawan tutur.
3.      Tujuan tuturan
Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur di latar belakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Di dalam pragmatik bicara merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan.
4.      Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas
Dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih kongkret dibanding dengan tata bahasa.Tuturan sebagai entitas yang kongkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya
5.      Tuturan sebagai produk tindak verbal
Tuturan yang digunakan didalam rangka pragmatik, seperti yang dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur.Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal.
4.      Perbedaan Analisis Struktur dan Analisis Pragmatik
            Dalam hal ini struktural semata-mata hanya berorientasi pada bentuk, tanpa mempertimbangkan bahwa satuan-satuan itu sebenarnya hadir dalam konteks, baik konteks yang bersifat lingual maupun yang bersifat ekstralingual yang berupa seting spatial dan temporal. Sedangkan, Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari makan bahasa yang sudah disesuaikan dengan konteks pembicaraan.
5.      Tindak Tutur Lokusi
Tindak Lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu.
Contoh :
1)      Ikan paus adalah bintang menyusui
2)      Jari tangan jumlahnya lima
Kalimat pada contoh di atas diutarakan oleh penuturnya semata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan seuatu, apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya.
6.      Tindak Tutur Ilokusi
Tindak Ilokusi adalah sebuah tuturan yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu.
Contoh :
1)      Saya tidak dapat datang
Kalimat diatas bila diutarakan oleh sesorang kepada temannya yang baru saja merayakan ulang tahun, tidak hany berfungsi untuk menyatakan sesuatu, tetapi untuk melakukan sesuatu, yakni meminta maaf. Informasi ketidakhadiran penutur dalam hal ini kurang begitu penting karena besar kemungkinan lawan / tutur sudah mengetahui hal itu.
7.      Tindak Tutur Perlokusi
Tindak Perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk memepengaruhi lawan tutur.
Contoh :
1.      Rumahnya jauh

Kalimat di atas diutarakan oleh seseorang kepada ketua perkumpulan, maka ilokasinya adalah secara tidak langsung menginformasikan bahwa orang yang dibicarakan tidak dapat teralau aktif di dalam organisasinya. Adapun tindak perlokusi yang mungkin diharapkan agar ketua tidak banyak memberikan tugas kepadanya.